Ning Hj. Roidatus Salamah, akrab disapa Ning Id, adalah putri ketiga Kiai Nasrullah Abdurrohim. Ning Id bersuamikan Dokter Abdurrahman. Ning Id yang wafat pada 10 Muharram 1443 lalu, merupakan didikan murni pesantren Tambakberas. Sejak MI hingga lulus Mu'allimat pada tahun 1984. Baru setelah itu, Ning Id melanjutkan kuliahnya di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di kota Gudeg inilah, Ning Id bertemu dengan jodohnya. Dokter Abdurrahman asal Gresik.
Dokter Abdurrahman adalah model santri yang langka. Kuliah di Fakultas Kedokteran UGM angkatan 1985, sambil tetap nyantri ke Kiai Ali Maksum di Pesantren Krapyak. Dokter Abdurrahman bertempat di komplek H. Sebelum kuliah di UGM, Dokter Abdurrahman bersekolah di SMAN 6 Yogyakarta.
Dokter Abdurrahman sejak mondok di Krapyak, terkenal sebagai pribadi yang aktif sholat malam juga mengingatkan kawan sesama santri untuk sholat malam. Kebiasaan ini terus berlanjut bahkan hingga di akhir usianya. Dokter Abdurrahman sering mengirim pesan via WA, tentang renungan keagamaan. Ini adalah salah satu upaya Dokter Abdurrahman berdakwah bil kitabah. Kesaksian ini di antaranya datang dari Dokter Ni'am, Spesialis Bedah, putra Kiai Masduqi Mahfudz, ketua PDNU (Perhimpuban Dokter Nahdlatul Ulama), yang termasuk yang sering mendapat WA renungan Dokter Abdurrahman. Dengan tulisannya yang khas. Kata "zemangat njih", dengan huruf s yang sengaja diganti huruf z. Orang yang mengenal Dokter Abdurrahman pastilah bisa membayangkan suaranya yang khas ketika mengucapkan kata "zemangat njih".
Wakil Rektor UIN Yogya, Doktor Sahiron Syamsuddin, mengenang sosok Dokter Abdurrahman sebagai santri yang sangat giat mengikuti pengajian Kiai Ali Maksum, saat sama-sama masih mondok di Krapyak. Sementara Nyai Ida Rufaida Ali, Putri Kiai Ali Maksum, mengenang Dokter Abdurrahman sebagai santri yang sangat dekat dengan keluarga Kiai Ali Maksum. Seluruh keluarga Pondok Ali Maksum Krapyak, bila berada di Malang, pastilah mampir ke kediaman Dokter Abdurrahman dan Ning Id. Nyai Ida Ali mengenang pasangan ini sebagai sosok yang pemurah. Kediaman mereka yang terletak di belakang UIN Malang sering dihampiri oleh kolega dari berbagai penjuru. Terakhir bertemu di kediaman Dokter Abdurrahman, Ning Id menyampaikan kepada Nyai Ida Ali keinginan untuk merintis pesantren di kediaman tersebut. Juga memohon doa agar terwujud keinginan mulia tersebut.
Ning Id sendiri terkenal sebagai pribadi yang ramah, supel, grapyak kepada semua pihak. Santri, alumni, teman kuliah, tetangga, semua merasakan keramahan dari pribagi Ning Id. Keramahan yang genuin, alami tanpa dibuat-buat. Keramahan tanpa membedakan. Prof Nizar Ali, Sekjen Kemenag RI termasuk yang menjadi saksi atas keramahan Ning Id. Kebetulan, Prof. Nizar adalah teman kuliah Ning Id di IAIN Yogya kala itu. Kiai Fathurrahman Sarang juga membenarkan hal tersebut. Betapa Pasangan ini amat perhatian terhadap kolega. Termasuk mengirim obat yang dibutuhkan, bahkan diantar ke rumah kolega tersebut. Karena kesehatan memanglah bidang yang dikuasai Dokter Abdurrahman.
Ning Id adalah potret istri yang amat mendukung keberhasilan suami. Sesuai dengan pepatah arab "waroo'a kulli adziimin adziimah". Di belakang lelaki sukses, pastilah terdapat perempuan agung yang mendukungnya. Ning Id mendukung karir dokter Abdurrahman, mulai sejak akhir kuliah dokter di UGM, lalu dokter Abdurrahman berkarir di RSI Wonokromo Surabaya. Putra pertama mereka, M. Izzun Ni'am, lahir di Jombang pada tahun 1992. Ning Id pun setia mendampingi ke luar Jawa, menjadi dokter di Puskesmas Jayaloka, Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Hingga lahirlah putri kedua mereka, Ardiyatul Iffah Kelana, di perantauan. Kiai Nasrullah sekeluarga bergegas menyambangi ke Jayaloka kala kelahiran Ning Dea menggunakan jalur darat. Dukungan Ning Id membuat dokter Abdurrahman mantap mengabdi sebagai dokter, hingga menjadi dokter teladan RI tahun 1997 dan dihajikan tahun itu.
Tambakberas, 25/08/2021, A. Taqiyuddin Mawardi