Sebagai tenaga pendidik profesional, seorang guru tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan diajarkan. Melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapi. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, mampu mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiwaan peserta didik. Juga mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didik ke arah kemajuan.
Untuk mencapai itu, seorang guru harus memperbanyak referensi seperti baca buku dan studi banding. Selanjutnya, pemikiran baru dan segar yang muncul harus ditulis dalam bentuk buku agar mudah dipahami murid. Begitu yang dilakukan H Abdul Haris, guru Madrasah Aliyah Unggulan K H Abdul Wahab Hasbulloh (MAUWH) Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. Ia mengarang beberapa buku pelajaran untuk memudahkan murid memahami materi pelajaran.
"Kitab atau buku sebagai landasan guru profesional yang pernah kami tulis yakni ilmu kalam, al-Qur’an hadits, ilmu tafsir, al-Muhawaratul Yaumiyah, itu semua karya saya sendiri,” katanya. Buku-buku tersebut digunakan di madrasah agar materi terasa mudah, lanjut guru kelahiran Sumenep ini.
H Abdul Haris sejak tahun 1998 tercatat sebagai guru di MAUWH. Baginya, guru yang inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai cara. Karena melihat latar belakang murid yang berbeda secara fisik, intelektual, sosial-emosional. Menurut Ustadz Haris, sapaan akrabnya, setiap anak memiliki keunikan. Dirinya mencontohkan ketika memperhatikan peserta didik di kelas dengan latar belakang usia hampir sama, akan tetapi memperlihatkan penampilan, kemampuan, minat yang beragam terhadap suatu pelajaran.
"Saya sengaja menulis buku ini, karena guru sebagai ujung tombak sekaligus garda terdepan terhadap keberhasilan pendidikan,” ungkap alumnus IAIN Jember tersebut. Demikian pula harus memiliki beberapa kompetensi, baik profesional, pedagogis, personal, sosial, lanjutnya.
Guru juga perlu membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan. “Sehingga siswa semakin termotivasi ketika sedang belajar dengan guru," bebernya. Pria yang pernah mengenyam pendidikan di Cairo Mesir ini menyebutkan dengan pendekatan yang pas membuat prestasi murid meningkat. Berbagai kejuaraan bergengsi berhasil dimenangkan. "Banyak prestasi yang kami raih dalam tiga tahun terkahir mulai dari tingkat kabupaten, hingga nasional. Semua itu berkat dari dukungan para kiai dan sistem yang dibangun," ujar Ustadz Haris.
Dalam mendidik, dirinya juga memegang prinsip care, share, trust. Care, artinya mampu memberi perhatian pada siswa dari latar belakang (fisik, intelektual, sosio-emosional) yang berbeda. “Guru harus bisa merangkul, memberi semangat, dan memotivasi siswa di kelas,” urainya. Sedangkan share artinya guru harus mampu membagi ilmu yang dimiliki dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang bagi siswa. “Guru harus mampu merancang strategi pembelajaran, metode, media yang menarik bagi siswa. Salah satunya membuat media pembelajaran sendiri seperti menulis buku pegangan murid,” ungkapnya.
Trust artinya guru harus bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya, dan bisa memberi teladan, serta menanamkan karakter yang baik bagi siswa di sekolah. Menurutnya, menulis buku adalah sesuatu yang bagus buat guru dan murid. Guru paling paham kemampuan murid, sehingga mengerti materi apa saja yang akan disampaikan kepada murid dan bisa dipahami. “Salah satunya dengan membuat buku pegangan murid itu," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Ibnu Nawawi)