Tambakberas.com – Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan santri menjadi perhatian utama seiring dengan berkembangnya zaman, terutama media sosial. banyak budaya-budaya asing melalui konten media sosial tersajikan untuk para santri yang nantinya dapat menimbulkan pembandingan situasi pada diri mereka mengenai yang mereka konsumsi di dunia maya dan yang mereka alami di dunia nyata.
Merespon fenomena ini, HISBU (Himpunan Santri Bahrul ‘Ulum) berusaha ikut andil dalam menyelesaikan masalah kesehatan mental dengan mengadakan sebuah seminar yang membahas penyebab dan dampak dari masalah kesehatan mental dengan tema “kesehatan jiwa, problematika dan penanggulangannya’’. Tidak sendiri, HISBU bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Bahrul Ulum pada seminar yang berlangsung pada hari Jum’at, 31 Januari 2025 di Aula yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
Mengundang salah satu guru STIKES, Ibu Erma Tsalasatul Fitriyah, S.Kep., M. Kep. sebagai pemateri, dan dibantu oleh mahasiswa STIKES Bahrul Ulum membahas banyak hal terkait kesehatan mental, dimulai dari materi perkembangan mental manusia dari usia ke usia sampai kepada cara mencegah dan mengobati masalah mental.
Seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai kesehatan jiwa, membekali santri dengan keterampilan mengelola stres, serta menciptakan lingkungan pesantren yang lebih suportif terhadap kesejahteraan mental. Kegiatan ini diadakan sebagai respons terhadap berbagai tantangan yang dihadapi santri, seperti tekanan akademik, adaptasi sosial, serta kehidupan yang terstruktur di lingkungan pesantren. Acara seminar ini diikuti oleh santri-santri dari perwakilan organisasi daerah, gawagus, dan nawaning.
Beliau menjelaskan betapa pentingnya statement seseorang dalam kesehatannya dan pengaruh statement tersebut pada penyakit yang diderita seseorang tersebut.“Semua penyakit itu tergantung pada pemikiran kita terhadapnya, jangan suka tidak percaya diri, minder, merasa gagal sebelum melakukan’’.
Selain itu beliau juga menyinggung terkait isu LGBT yang menurutnya merupakan gangguan kesehatan mental. “wong lanang wes diciptakno wong wedok kale pengeran, kok yo malah balik seneng lanang”. Seorang laki-laki telah Allah ciptakan baginya perempuan sebagai pasangan kok malah menyukai sesama lelaki. Lanjut Bu Erma.
Dengan diadakannya seminar tersebut, diharapkan nantinya para santri mendapat pembekalan untuk lebih memahami kondisi mental mereka sendiri serta mampu mendukung teman-teman mereka yang mengalami kesulitan serupa. Selain itu, seminar ini juga menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran kolektif di kalangan santri tentang pentingnya menjaga kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan hidup secara menyeluruh.
Di akhir acara terdapat pembagian hadiah bagi santri-santri yang bertanya, sebagai apresiasi atas kekritisan dan partisipasi aktif mereka selama seminar berlangsung. Acara kemudian ditutup dengan hikmat bersamaan dengan doa.