Tambakberas.com - Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama bagi kaum muslim di setiap aspek kehidupan, termasuk dalam membaca Al-Qur’an. Sebagai wahyu yang diturunkan kepada beliau, Al-Qur’an tidak hanya dipahami berdasarkan teks saja, melainkan dipahami juga secara konteks, yaitu dihayati dan diamalkan.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Huda Bahrul Ulum Tambakberas, KH. Imron Rosyid Malik, menegaskan lima hal yang harus diteladani dari Rasulullah dalam membaca Al-Qur’an.
“Sudah 1.400 tahun lebih dari zaman Rasulullah, tetapi Al-Qur’an masih menjadi pegangan utama bagi kita. Dibawa oleh Rasulullah kepada sahabat, sahabat kepada sahabat, dan sahabat kepada para ulama, dan sampailah kepada tangan kita,” tutur beliau.
Teladan pertama yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam membaca Al-Qur’an adalah membacanya dengan tartil.
“Artinya, ketika beliau membaca Al-Qur’an itu dengan pelan-pelan dan tidak tergesa-tergesa,” lanjut beliau.
Teladan kedua, Rasulullah SAW selalu membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar. Dalam konteks negara Indonesia, qira’at yang umum digunakan adalah qira’at Imam Hafs riwayat Imam ‘Asim, yang merupakan bacaan mutawatir.
“Oleh karena itu, bagi kita sebagai generasi penerus dianjurkan untuk belajar kepada guru yang memiliki sanad keilmuan yang jelas,” terang beliau.
Teladan ketiga, yaitu membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah Ilmu Tajwid. Seperti makharijul huruf, sifat-sifat huruf, serta aturan waqaf dan ibtida’. Hal ini penting agar bacaan Al-Qur’an tetap sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah.
Keempat adalah membaca dengan khusyu’ dan penuh penghayatan. “Hal ini terlihat dalam riwayat dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, ketika Rasulullah meminta beliau membacakan Al-Qur’an kemudian Abdullah membaca surat An-Nisa’. Saat mendengarkan ayat-ayat tersebut, Rasulullah menangis, menunjukkan betapa dalamnya penghayatan beliau terhadap Al-Qur’an,” jelas Kiai Imron.
Terakhir yaitu membaca Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar. Baik secara teks, makna, arti maupun latar belakang turunnya surat Al-Qur’an.
“Karena Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus. Tetapi bertahap, sehingga turunnya itu dengan lama 22 tahun, 22 bukan, dan 22 hari sssuai dengan latar belakang yang menyertainya,” kata beliau.
Beliu berharap, agar kita bisa meneladani Rasulullah SAW dalam membaca Al-Qur’an. Khususnya di bulan Ramadan, bulan yang penuh keberkahan dan dibukanya pintu ampunan.
“Mudah-mudahan kita semua ditakdirkan oleh Allah SWT dalam mengisi Ramadan ini dengan memperbanyak amalan dengan membaca Al-Qur’an,” harap beliau.
Red: Ibrahim.