الحَمْدُ للهِ الذِي بَعَثَ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً بِالحَقِّ رَسُوْلاً، وجَعَلَهُ إِلَى السَّعادَةِ هَادِياً ودَلِيلاً، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، رَضِيَ لَنَا الإِسلاَمَ دِينًا، وأَنْزلَ إِلَيْنَا نُوْراً وكِتاباً مُبِيناً، وَنَشَرَ بِالإِيمَانِ عَلَى قُلُوبِنَا بَرْداً وَيَقِيْناً، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُ اللهِ ورَسُولُهُ، أَقْوَمُ الخَلْقِ سِيرَةً، وأَنْقَاهُمْ بَاطِناً وسَرِيرَةً، - صلى الله عليه وسلم - وعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وعَلَى مَنْ تَبِعَهُم بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ البَعْثِ والجَزاءِ. أَمّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أًوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. صدق الله العظيم.
Ma’asyiral muslimin, Rahimakumullah
Marilah kita selalu berusaha meningkatkan kadar dan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt, karena hanya dengan berbekal iman dan taqwa, kita akan menemukan kebahagiaan hidup yang haqiqy, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Ma’asyiral muslimin, Rahimakumullah
Hari ini adalah hari jum’at tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1440 H, ini berarti kita berada pada hari dan bulan yang dimuliakan oleh Allah, hari jum’at adalah hari mulia karena menjadi sayyidul ayyam, bulan rabi’ul Awwal menjadi mulia karena pada bulan ini Allah menampakkan sayyidul wujud yang diciptakan Allah sebelum diciptakannya alam semesta yaitu nabi agung Muhammad ke dunia ini, tepatnya pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Maka sungguh beruntung bagi kita yang memanfaatkan bulan ini dengan memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi dan berbuat kebaikan, dan sungguh rugi bagi kita yang melewatkan bulan ini tanpa sedikitpun mewarnai hidupnya dengan memperbanyak membaca shalawat kepada nabi, Marilah kita momentum (kesempatan) ini kita manfaatkan sebaik-baiknya, karena belum tentu tahun depan kita bisa mendapatkan nikmat ini, ingatlah setiap shalawat yang kita baca Rasulullah mendengar dan membalasnya.
Pada bulan ini banyak sekali umat Islam dibelahan dunia yang merayakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW, di sana sini kita dengarkan lantunan shalawat, salam, pujian yang ditujukan kepada nabi Agung Muhammmad SAW. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita memperbanyak membaca shalawat dan dan memperingati serta mengenang hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Jika ada orang bertanya, mengapa kita harus banyak membaca shalawat dan memperingati hari kelahiran nabi ? maka jawabanya adalah, setidaknya ada 3 hal yang mewajibkan kita untuk memperbanyak membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW terutama pada bulan ini, sekaligus untuk memperingati maulid nabi Muhammad SAW.
Pertama, karena membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW merupakan bentuk perintah Allah kepada umat Islam, hal ini sebagaimana dinyatakan Allah dalam surat al-Ahzab: 56
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّۚ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Dalam kitab mahasin al-Ta’wil (VIII, 109) Imam Jamaluddin al-Qasimi menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk membaca shalawat kepada nabi secara mutlak, hal ini berdasarkan kaidah “al-aslu fil amri lil wujub” pada dasarnya perintah itu menunjukkan wajib, Menurut imam al-Qasimi pendapat yang mengatakan bahwa perintah ayat ini menunjukkan sunnah tidak dapat dibenarkan dan menyalahi kaidah yang shahih. Dalam kitab ini imam al-Qasimi juga menukil riwayat adanya seseorang yang bertanya kepada Imam al-Razi, orang tersebut berkata: “jika Allah dan para malaikat telah membacakan shalawat kepada Nabi kemudian apa tujuan Allah menyuruh umat Islam membaca shalawat kepada Nabi ? Apakah nabi masih membutuhkan do’a dari kita ? Imam al-Razy menjawab: “Tujuan Allah mewajibakan umat Islam membaca shalawat kepada Nabi adalah untuk menunjukkan keagungan dan kedudukan nabi disisi Allah, para malaikat dan makhluk-Nya, selain itu agar umat Islam mendapatkan pahala dari membaca shalawat tersebut, sebab bacaan shalawat yang kita tujukan kepada nabi bukan semata-mata kembali ke nabi tetapi manfaatnya kembali kepada kita, bukankah nabi adalah orang yang maksum (terhindar dari dosa), orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi, dan orang yang paling dicintai oleh Allah SWT. Pahala yang manfaatnya kembali ke kita inilah yang kita harapkan dari bacaan shalawat tersebut.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kedua, Besarnya peran dan jasa nabi bagi kehidupan manusia. Dalam surat al-Anbiya’: 107 Allah berfirman
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Berkaitan dengan ayat ini Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di (Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannam 618) mengatakan sebagai berikut:
فَهُوَ رَحْمَتُهُ المُهْدَاةُ لِعِبَادِهِ، فَالمُؤْمِنُوْنَ قَبِلُوْا هَذِهِ الرَّحْمَةَ وَشَكَرُوْهَا وَقَامُوْا بِهَا، وَغَيْرُهُمْ كَفَرُوْهَا وَبَدَّلُوْا نِعْمَةَ اللهِ كُفْرًا وَأَبَوْ رَحْمَةَ اللهِ وَنِعْمَتِهِ
Nabi Muhammad SAW adalah rahmat Allah yang dihadiahkan kepada hamba-Nya. Adapun 0rang-orang yang beriman menerima rahmat tersebut dan mensyukurinya, sedang orang-orang kafir mengingkari dan menggantinya dengan kukufuran, mereka tidak menerima rahmat dan nikmat tersebut. Imam al-Baghawi (Tafsir al-Baghawi: 196) menukil pendapat Ibnu Abbas yang menyatakan:
هُوَ عَامٌ فِي حَقِّ مَنْ آمَنَ وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ فَمَنْ آمَنَ فَهُوَ رَحْمَةٌ لَهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ فَهُوَ رَحْمَةٌ لَهُ فِي الدُّنْيَا بِتَأْخِيْرِ العَذَابِ عَنْهُمْ
“Keberadaan beliau sebagai rahmat) sifatnya umum, baik bagi orang yang beriman maupun untuk orang yang tidak beriman. Barangsiapa yang beriman maka beliau menjadi rahmat baginya di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman, maka beliau rahmat baginya di Dunia (saja) dalam bentuk diakhirkan adzab dari orang tersebut’”. Pendapat Ibnu Abbas ini sesuai dengan hadits riwayat Imam al-Darimi dan al-Baihaqi dari Abi Hurairah RA. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ ، مَا أَنَا إِلَّا رَحْمَةٌ لِلْعَالَـمِيْنَ أَهْدَاهَا اللهُ إِلَيْهِمْ ، فَمَنْ قَبِلَ هَدِيَّتَهُ أَفْلَحَ وَظَفَرَ ، وَمَنْ لَمْ يَقْبَلْ خَابَ وَخَسَرَ
Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah), Aku adalah rahmat bagi alam semesta yang dihadiahkan Allah kepada manusia, barang siapa yang mengambil hadiah tersebut maka akan bahagia dan barang siapa yang menolaknya maka akan rugi. Begitu besar jasa Rasulullah SAW kepada umat manusia, maka sudah selayaknya kita umat manusia mengagungkan beliau dengan cara memperbanyak membaca shalawat kepada beliau.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ketiga, mengharap syafaat nabi. Memperbanyak membaca shalawat kepada nabi merupakan salah satu sarana agar kita mendapatkan syafa’at dari Rasulullah SAW. Imam al-Timidzi meriwayatkan dari Ibnu Ma’sud bahwasanya nabi bersabda: “Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku”. Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda:
صَلُّوْ عَلَيَّ فَإِنَّ الصَّلاَةَ عَلَّي زَكَاةٌ لَكُمْ وَاسْأَلُوْا اللهَ لِي الوَسِيْلَةَ، قَالُوْا وَمَا الوَسِيْلَةَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: أَعْلَى دَرَجَةٍ فِي الجَنَّةِ لاَ يَنَالُهَا إِلَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ وَأَنَا اَرْجُوْ أَنْ يَكُوْنَ أَنَا هُوَ. (رواه أحمد في مسنده)
Bacalah shalawat kepadaku karena sesungguhnya shalawat kepadaku itu membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apakah wasilah itu? beliau menjawab: yaitu derajat yang paling tinggi di surga yang hanya satu orang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.(HR. Ahmad)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Memperingati maulid Nabi memang tidak diperintahkan secara khusus, baik oleh Al-Qur’an maupun Hadits. Peringatan ini baru diadakan untuk pertama kali pada ratusan tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yakni pada abad ke-7 hijriah di wilayah Irak atas perintah Raja Irbil bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri. Meskipun demikian sebagian besar ulama’ berpendapat bahwa memperingati maulid nabi adalah perbuatan yang diperbolehkan dan tidak diharamkan, hal ini disebabkan karena banyaknya manfaat yang terkadung dalam peringatan maulid tersebut. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki (Mafahim Yajibu an Tushahhihah : 316) menyatakan: “Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya. Sekali lagi, acara peringatan Maulid Nabi adalah tradisi dan adat kebiasaan yang baik. Dikategorikan tradisi yang baik, karena substansi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki banyak manfaat dan kebaikan bagi masyarakat, seperti meneladani prilaku Nabi, pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil, kalimat thayyibah dan pembacaan sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut juga berlaku untuk tradisi keagamaan selainnya, seperti peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan Nuzulul Qur’an, Peringatan Tahun Baru Muharram, dan lain-lainnya. Syekh Abdul Karim Zidan (al-Wajiz fi Ushulil Fiqhi: 253) menjelaskan bahwa tradisi yang syar’i adalah tradisi yang tidak berlawanan dengan nash agama, tradisi yang membawa maslahat syar’i, dan tradisi yang tidak menimbulkan mudarat bagi masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah tradisi yang baik, karena substansinya dilegitimasi oleh syariat agama.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Demikian beberapa hal yang mengharuskan kita memperingati maulid nabi dan memperbanyak shalawat kepada beliau. Semoga kita semua benar-benar dapat menjalankan ajaran beliau sehingga kita benar-benar diakui sebagai umatnya dan mendapatkan syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat. Amin
اِنَّ اَحسنَ الكلامِ كلامُ اللهِ الـمَلِكِ العَلاَّمِ، وَاللهُ سُبْحَانَهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الـمُهْتَدُوْنَ، وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا .
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمـَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم