DI tengah dinamika bangsa yang sering kali dipenuhi kegaduhan politik dan krisis moral, masih ada secercah harapan bagi negeri ini.
Dua hal yang dapat menjadi titik balik perubahan yakni dengan melakukan retreat bagi para pemimpin atau pemegang kekuasaan dan memanfaatkan momentum Ramadan sebagai refleksi bagi seluruh bangsa Indonesia saat ini.
Pemimpin bukan sekadar pemegang kekuasaan, tetapi juga pemegang amanah.
Namun, banyak pemimpin yang tersesat oleh godaan duniawi—korupsi, ketidakadilan, dan penyalahgunaan wewenang.
Oleh karena itu, perlu adanya retreat kepemimpinan, yaitu momen untuk introspeksi dan memperbaiki diri.
Dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab radiyallahu anhu sering melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap kebijakan yang ia buat.
Beliau pernah berkata: "Seandainya seekor keledai terperosok di Irak, maka aku khawatir Allah akan meminta pertanggungjawaban dariku, mengapa aku tidak membuat jalan yang lebih baik baginya."
Pemimpin yang bertanggung jawab tidak hanya memikirkan kepentingan hari ini, tetapi juga bagaimana keputusannya berdampak bagi masa depan rakyat.
Retreat bagi pejabat adalah momen untuk introspeksi, menjernihkan hati, dan kembali ke esensi kepemimpinan yakni mengabdi dengan amanah, adil, dan penuh tanggung jawab.
Terlebih lagi momen Ramadan merupakan sekolah bagi seluruh umat, melatih ketakwaan, keikhlasan, dan disiplin dalam menjalankan perintah-Nya.
Maka retreat tersebut sejatinya tidak hanya berlaku pada pejabat saja melainkan untuk diri kita pribadi, sebagaimana Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
’’Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagi umat Islam, Ramadan bukan sekadar bulan menahan lapar dan haus.
Ramadan adalah sekolah kehidupan yang mengajarkan nilai-nilai luhur yang sangat dibutuhkan oleh sebuah bangsa.
Sehingga kita bisa membayangkan adanya dua sekolah moral dalam kehidupan: Sekolah Retreat, tempat para pemimpin merenungi amanahnya dan menata ulang niat mereka dalam melayani rakyat.
Sedangkan Sekolah Ramadan, yang mendidik setiap individu untuk lebih sabar, jujur, dan berkomitmen pada nilai-nilai ketuhanan.
Dua sekolah ini, Sekolah Retreat dan Sekolah Ramadan, jika benar-benar diterapkan dalam kehidupan, dapat membentuk masyarakat yang lebih berintegritas dan pemimpin yang lebih amanah.
Dengan pemimpin yang jujur dan rakyat yang berakhlak, maka republik ini memiliki harapan besar untuk masa depan yang lebih baik.
Semoga Ramadan ini menjadi titik balik perubahan bagi kita semua.
Mari kita jadikan republik ini lebih baik dengan memperbaiki diri, baik sebagai rakyat maupun sebagai pemimpin.
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan. Wallohu a’lam bissowab.
Penulis:
Oleh KH M Syifa’ Malik MPdI
Pengasuh PP Al Maliki 2 Bahrul Ulum Tambakberas Jombang