السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Menjelang Hari Raya Idul Fitri yang, kali ini kami akan sedikit membahas tentang Halal bi halal, Yup! Tradisi pada saat Lebaran Idul Fitri.
Sejarah Halal bihalal
Istilah Halal bihalal jika ditinjau dari sejarah penyebutan istilahnya maka akan banyak macam, berikut penjelasan mengenai Sejarah istilah Halal bihalal.
A. Sejarah Halal bihalal di Indonesia
Menurut Antropolog UIN Sunan Kalijaga Muhammad Soehadha, jika tradisi halalbihalal bermakna silaturahmi usai Hari Raya Idulfitri, maka muasal acara ini bisa dilacak sejak abad ke-18 di Nusantara.
Tradisi ini bermula dari pisowanan yang dilakukan di Istana Mangkunegaran, Surakarta. Ketika pengaruh Islam kian kuat, acara yang mulanya adalah tradisi kraton ini disesuaikan dengan semangat keislaman.
Tradisi pisowanan di Mangkunegaran bisa dirunut sejak era pendiri salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram ini, yakni Raden Mas Said atau KGPA Arya Mangkunegara I (1757-1795 Masehi) alias Pangeran Sambernyawa.
Kala itu Mangkunegara I mengumpulkan keluarga dan kerabat kerajaan, para abdi dalem, hingga prajurit. Setelah merayakan Idulfitri, dilakukan acara sungkeman untuk menunjukkan hormat dan meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan, baik sengaja atau tidak.
Maka itulah, ahli linguistik Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaud, mencatat kegiatan ini dalam Kamus Jawa-Belanda (1938) dalam entri huruf "A", yaitu "alal behalal" yang artinya acara maaf-maafan ketika hari raya.
B. Asal usul istilah Halalbihalal ini bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Pada saat itu, martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Pedagang martabak ini dibantu dengan pembantu primbuminya kemudian mempromosikan dagangannya dengan kata-kata ‘martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal’. Sejak saat itu, istilah halalbehalal mulai populer di masyarakat Solo.
Masyarakat kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari lebaran atau silaturahmi di hari lebaran. Kegiatan Halalbihalal kemudian berkembang menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.
C. Berasal dari KH. Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. KH Wahab merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik.
Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri di tahun 1948, Bung Karno
mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul 'Halalbihalal.' Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja. Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal.
Halalbihalal kemudian diikuti masyarakat
Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Hingga kini Halalbihalal menjadi tradisi di Indonesia.
Dalil Halal Bihalal
Halal bihalal dalam khazanah islam pun mempunyai dasar yang jelas. Halal bi Halal pada dasarnya adalah silaturahim bersama pemenuhan Hablumminannas, hubungan antar sesama. Maka dari itu Halal bi Halal tidak lain ialah sebuah ritual religi yang sangat dianjurkan dan diutamakan oleh baginda Rasulullah. Baginda bersabda :
لَنْ يَدْخُلَ الجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
"Tidak akan masuk surga seorang pemutus tali persaudaraan"
Rasulullah juga menganjurkan Umatnya untuk meminta maaf atau minta dihalalkan jika melakukan kesalahan kepada orang lain. Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ
“Siapa yang pernah berbuat aniaya (zhalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia).” (HR. Al-Bukhari)
Wallahu A'lam
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته