Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur memasukan masalah merawat Nahdlatul Ulama (NU) dan mengajar sebagai bagian dari pokok ajaran masyayikh yang harus diikuti para santri.
"Pesantren kita punya lima ajaran pokok yang harus ditaati oleh santri yaitu merawat NU, shalat jamaah, istikamah membaca Al-Qur’an, mengajar setelah lulus, dan terakhir istikamah membaca wiridan Huwal Habiban,” kata Pengurus Yayasan Bahrul Ulum bidang pendidikan Agus Azam Khoiruman Najib, Jumat (2/11). Ajaran ini terus diamalkan dan dilestarikan para santri, lanjut Gus Heru.
Menurutnya, ajaran tersebut selalu disampaikan dan diajarkan para pengasuh sejak dahulu hingga sekarang kepada santri. Terutama saat wisuda kelulusan santri di berbagai jenjang pendidikan. “Karenanya, santri Bahrul Ulum sesibuk apapun tetap dituntut menjalan lima pokok ajaran tersebut,” ungkapnya.
Khusus mengajar, para pengasuh selalu mengingatkan kepada para santri sesibuk apapun tetap harus meluangkan waktu untuk mengajar terutama ilmu agama. “Namun tidak menutup kemungkinan mengajar sesuai keahlian masing-masing,” katanya.
Begitu juga merawat NU, santri Bahrul Ulum tetap diharuskan merawat NU dengan berbagai cara. “Bisa dengan menyumbang dana, menjadi pengurus ranting, hingga pengurus pusat,” jelasnya.
Menurutnya, Bahrul Ulum, NU dan Indonesia adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. “Sejarah membuktikan bahwa tiga komponen ini tidak bisa terpisahkan dan merupakan satu kesatuan yang terajut oleh ikhtiar manusia dan takdir ilahi. NU lewat putera terbaik Bahrul Ulum KH Abdul Wahab Hasbullah menjadi organisasi Islam terbesar didunia," papar Gus Heru.
Cucu KH Abdul Wahab Hasbullah ini menjelaskan lebih rinci, ikhtiar menuju kemerdekaan dan perlindungan hak-hak manusia telah dilakukan sejak awal pesantren berdiri. Baik oleh Kiai Abdus Salam (Mbah Sehah), Kiai Usman, Kiai Said, Kiai Hasbullah Said, Kiai Abdul Wahab Hasbullah dan dzuriyah Bahrul Ulum lainnya melalui semangat perjuangan melawan kezaliman.
Berdirinya NU adalah wujud nyata dari satu bagian kecil ikhtiar itu. “Karena lewat NU perjuangan semakin terstruktur dan terorganisir, dan lewat NU juga kemerdekaan Indonesia bisa diraih dan dipertahankan,” ungkapnya. Karena tak terhitung jumlah santri Bahrul Ulum yang turut berjuang saat itu, lanjutnya.
Selain usaha dan kerja nyata dalam membangun negara Indonesia, para pengasuh Bahrul Ulum dari dulu juga melakukan ritual khusus membaca Al-Qur’an dan hulhabiban. Serta ditambah dengan shalat jamaah.
“Tiga hal ini merupakan langkah dari masyayik Bahrul Ulum menguatkan batin dan jiwa para santri. Karena ikhtiar zahir harus diikuti dengan doa," tandasnya. (Syarif Abdurrahman/Ibnu Nawawi)
Sumber : NU Online