Kiai Abdurrohim adalah saudara dari Kiai Abdul Wahab. Kiai Abdurrohim meninggal dunia ketika putra putrinya masih muda, dan tak ada satupun putranya yang mempunyai fotonya. Akhirnya dibentuklah tim untuk memvisualisasikan sosok Kiai Abdurrohim. Berikut cerita tentang Lukisan Kiai Abdurrohim Hasbullah yang disampaikan oleh Ning Nisaul Kamilah Binti KH Chisnullah, cucu Kiai Abdurrohim.
"Beliau (Kiai Abdurrohim) sedho di jaman putra putrinya masih muda. Ayah saya (Kiai Chisnullah) yang kebetulan menjadi anak terakhir waktu itu masih balita. Tidak ada satupun foto mbah yang kami punya.
Akhirnya para misanan awal tahun berjibaku membentuk tim untuk merealisasikan seketsa wajah Mbah Kiai Abdurrohim. Caranya dengan mengumpulkan kesaksian dari orang-orang sepuh yang pernah berjumpa dengan beliau. Lalu, misanan kami juga mengundang pelukia spiritual untuk menggoreskan gambaran gambaran itu dalam sebuah lukisan nyata. Syahdan, sebelum mulai melukis, sengaja mosoni (berpuasa) agar hasilnya sesuai dengan sosok Mbah yai.
Ketika hasil lukisan dibawa ke Tambakberas pertama kali, beberapa misanan yang punya keahlian bab nyawang menyawang, dihadirkan di ndalem Mbah Nyai Umdah untuk membuka mata batin bersama. Kebetulan adik saya, Misbah, juga berada di lokasi.
Segera setelah perkumpulan adik saya mengabarkan bahwa yang dia "lihat", sama persis dengan yang dilukis. Di majlis itu juga, semua sesepuh bani Abdurrohim "berkumpul" dengan senyum sumringah, senyum ridho.
Ini adalah serpihan sejarah yang sangat berarti bagi kami, para dzurriyyah.. Bukan untuk membanggakan jid-jid (leluhur) kami, tapi guna menjadi tameng saat kami mulai letih berjuang, menjadi penyemangat. Karena dalam darah kami ada darah pejuang, ulama, pembaharu, yang seharusnya kami lestarikan dalam jiwa kami sebagai pemegang estafet keilmuan di generasi kami.
setidaknya jika tidak alim, kami tetap tidak mundur dalam ikhtiar mencari ilmu, senang mendengar dan hadir di majelis ilmu, juga menjadi orang yang cinta pada orang-orang berilmu. kamaa qool :
"كُنْ عَالِمًا أول مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَ لَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ. رواه البيهقي و ابو درداء"
Artinya : "Jadilah engkau orang berilmu atau orang yang menuntut ilmu atau orang yang mendengarkan ilmu atau orang yang menyukai ilmu, dan jangan engkau menjadi orang kelima, maka kamu akan celaka. HR. Baihaqi dan Abu Darda'"