KH. Abdul Khoild Mas'ud
الْحَمْدُ للهِ الذى خَلَقَ الإِنسانَ وكرَّمهُ، وسوَّى خَلْقَه وقوَّمهُ، وتَفضَّل علَيهِ فعلَّمَهُ، سُبحانَهُ خَاطَبَ نَبيَّهُ مُحمَّداً - صلى الله عليه وسلم- فَقالَ عَزَّ قَائلاً عَليما (وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيماً)، أَحمَدُهُ تَعالَى بِما هوَ لهُ أَهلٌ مِنَ الحَمْدِ وأُثنِي علَيهِ، وأُومِنُ بهِ وأَتَوكَّلُ علَيهِ، مَنْ يَهدِهِ اللهُ فلاَ مُضِلَّ لَهُ ومَنْ يُضلِلْ فلاَ هَادِيَ لهُ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أَعلَى النَّاسِ قَدْراً، وأَنقاهُم صَدراً، وأَعظَمُهم لِربِّهِ شُكْراً، وأَكثَرُهم لهُ ذِكْراً، وأَسلَمُهم قَصْداً وفِكْراً، اللهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ على سيدنا محمد وَعَلَى آلِهِ وَاصَحْابِهِ والتَّابِعينَ لهُم بإِحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ يوم لقاء العباد فى الجنة نظرا.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ . واعلموا ان الله كرَّمَ الإِنسَانَ بِعقْلٍ فَضَّلهُ بهِ علَى غَيْرِهِ مِنَ الأَحياء، وزَانَهُ بِفكْرٍ يُدرِكُ بهِ الأَشياءَ، فَهوَ بِهذا العَطاءِ الإلهيِّ، والفَضْلِ الربَّانِي، يُفرِّقُ بَيْنَ الحَسَنِ والقَبيحِ، والخَطأ والصَّحيحِ، بهِ يَسلُكُ طَرِيقَ الهُدى والنُّورِ، ويَتعرَّفُ علَى حَقِيقَةِ وكُنْهِ الأُمورِ، يُفكِّرُ فِي الكَونِ حَولَهُ فَيكْشِفَ ما بهِ مِنْ أَسرارٍ، ويَعمَلُ جَاهِداً علَى الاختِراعِ والابتِكارِ، ولَقَد أَثنَى اللهُ عزَّ وجَلَّ علَى أُولى الأَلبَابِ، فَأثبَتَ لهُم صِفةَ الذِّكْرِ والتَّفكُّرِ فَقالَ تعالى: (إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآياتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ، الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ).
Kaum Muslimin rahimakumullah
Marilah kita senatiasa meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Karena tinggi dan rendah derajat seseorang di sisi Allah SWT. tergantung dari kadar ketaqwaanya. Maka sungguh bahagia dan beruntung bagi orang-orang yang mampu meningkatkan terus menerus kadar ketaqwaannya hingga mempunyai derajat yang tinggi di sisi Tuhannya.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Manusia adalah salah satu makhluk yang diciptakan Allah SWT sebagaimana binatang. Oleh karenanya manusia disebut dengan hayawanun natiq (binatang yang bisa bicara). Sebagai makhluk Allah, manusia dan binatang mempunyai kesamaan, keduanya diberi Allah nafsu untuk memenuhi kebutuhan biologis dan seksualnya. Sedangkan yang membedakan antara manusia dengan binatang adalah proses dalam memenuhi kebutuhan biologis dan seksual masing-masing. Binatang, oleh karena tidak diberi akal maka dalam memenuhi kebutuhan nafsunya hanya sebatas mengikuti naluri fitrahnya. Bila merasa lapar hewan segera mencari makanan untuk dimakan, setelah kenyang ia akan diam. Sebelum lapar hewan tidak akan makan, mereka akan makan hanya pada saat mereka betul-betul merasa lapar, binatang makan sebatas memenuhi rasa lapar dan hausnya, demikian pula dalam memenuhi kebutuhan seksualnya. Dengan naluri fitrahnya binatang bisa mempertahankan hidupnya, memberi kehidupan dan kasih saying kepada anak-anaknya bahkan menghindarkan bahaya yang menimpanya dan menimpa anak-anaknya.
Adapun manusia tidaklah seperti binantang, karena di samping memiliki nafsu manusia diberi akal untuk memenuhi kebutuhan biologis dan seksualnya, dengan akal inilah manusia mempunyai derajat lebih tinggi dari binatang bahkan dari makhluk-makhluk Allah lainnya seperti malaikat, jin dan lain-lainnya. Dalam surat al-Isra’ : 70 Allah berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (الإسراء/70)
“dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Berkaitan dengan ayat di atas, imam Fakhruddin al-Razy dalam kitab tafsirnya “Mafatihul Ghaib” (juz 10: 22) menyatakan:
والنفس الحيوانية لها قوتان الحساسةُ سواء كانت ظاهرةً أو باطنةً ، والحركةُ بالاختيارِ ، فهذه القوىُ الخمسةُ أعني الإغتذاءُ والنُموُّ والتوليدُ والحسُّ والحركةُ حاصلةٌ للنفسِ الإنسانيةِ ، ثم إن النفسَ الإنسانيةَ مختصةٌ بقوةٍ أخرى وهي القوةُ العاقلة المدركةُ لحقائق الأشياءِ
"Hewan mempunyai hanya dua nafsu (kekuatan) yaitu insting (secara lahir dan batin) dan kemauan, sedangkan lima kemampuan ini yakni: makan, tumbuh berkembang, melanjutnya keturunan, insting dan kemauan semua dimiliki manusia, bahkan ada kekuatan khusus bagi manusia yaitu akal yang dapat mencapai segala sesuatu yang ada”
Hampir semua mufassir menjelaskan bahwa kemuliaan manusia dibandingkan dengan binatang bahkan dengan makhluk Allah lainnya karena akal yang dimilikinya, hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan manusia tergantung dari kualitas akalnya, semakin tinggi manusia mengfungsikan akalnya, semakin tinggi derajatnya. Demikian pula sebaliknya semakin rendah manusia menfungsikan akalnya semakin rendah derajatnya, bahkan jika manusia sama sekali tidak mengfungsikan akalnya maka derajatnya lebih rendah dari binatang.
Dalam surat al-A’raf: 179 Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (الاعراف: ١٧٩)
“dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati/akal, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka Itulah orang-orang yang lalai”.
Wahbah al-Zuhaily dalam kitab “Tafsir al-Munir” (Juz 9: 168) menjelaskan bahwa orang yang mempunyai sifat-sifat di atas derajatkan lebih rendah dari binatang, disebabkan karena mereka tidak mengfungsikan akal dan instingnya sehingga mereka tidak dapat memberikan manfa’at baik bagi dirinya maupun orang lain, bahkan mereka lebih rendah derajatnya dari binatang, karena binatang dengan insting yang dimilikinya bisa menarik manfaat bagi dirinya dan mencegah bahaya yang menimpa dirinya, sementara orang-orang yang disifatkan di atas hanya memenuhi nafsunya saja hidup di dunia ini, mereka tidak bisa memberikan manfaa’t bagi dirinya lebih-lebih kepada orang lain bahkan justeru membuat orang lain celaka.
Kaum Muslimin rahimakumullah
Dengan akal yang dimiliki, mestinya manusia harus lebih bisa mengendalikan hawa nafsunya dibandingkan dengan binatang. Dengan akalnya, manusia seharusnya bisa terbimbing untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jelek, mana yang menjadi haknya dan mana yang menjadi hak orang lain, mampu membedakan mana yang boleh dimakan dan mana yang tidak boleh dimakan, manusia mestinya harus mampu pula membedakan mana yang bisa dinikmati dan mana yang tidak boleh dinikmatinya. Inilah yang menyebabkan mengapa manusia derajatnya lebih tinggi daripada binatang.
Namun dalam realita kehidupan sekarang ini, kita menyaksikan justru sebagian besar manusia lebih tidak terkendali dalam memenuhi kebutuhan hawa nafsunya dibanding dengan binatang. Hampir tiap hari, keluarga kita dan anak-anak disodori tontonan di televisi, media sosial, internet sekelompok manusia yang bertingkah laku persis seperti binatang bahkan lebih bejat dari binatang. Pembunuhan, pemerkosaan, perzinahan, bahkan penganiayaan terhadap balita juga mewarnai sajian konten medsos.
Kebejatan tingkah laku manusia pada saat ini memang bisa sangat kita rasakan, berita tentang adanya orang-orang yang berbuat korupsi, menggunakaan narkoba, bunuh diri, dan perbuatan-perbuatan bejat lainnya, semuanya hampir menjadi suguhan berita setiap hari bagi kita, seakan-akan perbuatan-perbuatan ini sudah tidak lagi bisa dihentikan, makin hari semakin banyak dan menjadi berita hangat di negeri yang kita cintai ini. Bahkan yang lebih bejat lagi yaitu adanya perbuatan anak-anak pelajar yang berbuat zina yang dengan bangga di rekam dalam video dan disebarluaskan ke masyarakat umum untuk ditonton. Inilah kenyataan-keyataan yang kita hadapi, semua ini terjadi akibat dari lepasnya kendali dalam diri manusia, karena akal yang seharusnya berfungsi mengendalikan hawa nafsu, namun pada prakteknya malah dikendalikan hawa nafsu. Sekan-akan tugas dan fungsi akal hanyalah memikirkan bagaimana caranya untuk memuaskan hawa nafsu.
Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang harus kita lakukan untuk mencegah ini? Jawabannya, tidak lain adalah kita harus kembali ke ajaran Rasulullah, melihat dan mencontoh bagaimana akhlak rasulullah dalam bergaul dengan masyarakat, memberikan suri tauladan yang baik kepada orang lain, mencegah keluarga kita agar tidak melakukan maksiat yang membuat murka Allah, membekali anak-anak kita dengan agama dan akhlak yang mulia, memasukkan anak-anak kita ke lembaga-lembaga pendididkan yang mencetak anak-anak yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, kita bangun mental mereka sebagaimana orang tua kita membangun mental kita. Semua kita lakukan disertai dengan selalu berdo’a kepada Allah SWT agar kita dan keluarga dan masyarakat sekitar kita terjaga dari perbuatan-perbuatan yang keluar dari akal sehat. Sebab jika kita melihat perbuatan-perbuatan manusia yang mengumbar nafsu tetapi kita diam saja maka siksa Allah akan menimpa kita semua.
Seorang tokoh shufi Dzun Nun al-Misry menyatakan:
إنما دخلَ الفسادُ على الخلق من ستةِ أشياءَ ، الأول : ضعفُ النيةِ بعمل الآخرة . والثاني : صارت أبدانُهم مهيئةً لشهواتِهم . والثالث : غلبهم طولُ الأمل مع قصرِ الأجل . والرابع : آثروا رضاءَ المخلوقين على رضاءِ الله . والخامس : اتبعوا أهواءَهم ونبذوا سنةَ نبيهم صلى الله عليه وسلم ، والسادس : جعلوا زلاتِ السلف حجةً لأنفسهم ودفنوا أكثرَ مناقبهم
Masuknya kerusakan pada masyarakat itu lewat enam perkara: 1. Lemahnya niat untuk beramal akhirat. 2. Memperbesar badan hanya untuk memenuhi nafsu. 3. Lebih banyak angan-angan (untuk hidup di dunia) daripada ingat mati 4. Lebih memilih ridhanya makluk dibanding ridhanya Allah 5. Mengikuti hawa nafsu dan mengesampingkan (ajaran) sunnah Nabi 6. Menjadikan kesalahan orang salaf sebagai dalil (untuk tidak mengikutinya) dan mengubur (tidak mau menceriktakan) kebaikan-kebaikan mereka.
Dalam rangka memperingati dan menghormati kelahiran Rosululloh SAW, mari kita berharap semoga Allah selalu menyelamatakan kita, keluarga, anak-anak kita dan orang-orang sekitar dari perbuatan-perbuatan jelek dan maksiat yang menyebabkan turunnya azab Allah, semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada kita untuk mencontoh akhlak Rasulullah dan menjalankan syariat-syariatnya. Amin
إِنَّ أَحْسَنَ الكَلاَمِ كَلاَمُ اللهِ المَلِكِ العَلاَّمِ . وَاللهُ سُبْحَانَهُ وتعالى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى المُهْتَدُوْنَ . وَاِذَا قُرِئَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ . اعوذ بالله من الشيطان الرجيم . وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ . وَطُورِ سِينِينَ . وَهَذَا الْبَلَدِ الأمِينِ . لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ . ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ . إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ . فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ . أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ .
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ . وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ.