KH. Khoild Mas'ud
أَلحَمْدُ ِللهِ الكَرِيْمِ التَّوَّابِ ، غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيْدِ العِقَابِ ، خَلَقَ الإِنْساَنَ لِعِباَدَتِهِ ، وَجَعَلَ الدُّنْياَ دَارَ كَسْبٍ وَعَمَلٍ لِنَيْلِ جَمِيْعِ فُيُوضاَتِ فَضْلِهِ وَنَعْماَئِهِ ، وَجَعَلَ الآخِرَةَ دَارَ جَزاَءٍ ِلإِنْجاَزِ ثَوَابِهِ وَعِقَابِهِ ، الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ ، اَحْمَدُهُ سُبْحاَنَهُ وَاَشْكُرُهُ عَلىَ سَواَبِغِ فَضْلِهِ وَاِحْساَنِهِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَلاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ سِوَاهُ . شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمٍ لاَ يَنْفَعُ فِيْهِ شَفَاعَةُ شاَفِعٍ اِلاَّ بِإِذْنِ مَوْلاَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى اصْطَفَاهُ وَاجْتَبَاهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ نَصَرَهُ وَاتَّبَعَ هُدَاهُ .
أَمَّا بَعْدُ . فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى فَقَدْ فَازَ مَن أَطَاعَهُ وَاتَّقَاهُ ، فَاسْتَعِدُّوْا بِالأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ تَفُوْزُوْا بِسَعَادَةِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ . وَاْحْذَرُوْا المَعَاصِى فَإِنَّهَا مُوْجِبَةٌ لِلْخِزْيِ وَالنَّدَامَةِ . إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Kaum muslimin Rahimakumullah
Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan berusaha sekuat tenaga, untuk mengerjakan apa yang telah diperintahkan Allah, dan mencurahkan sekuat tenaga pula, untuk tidak melakukan segala apa yang dilarang Allah. Karena hanya dengan taqwa, kita akan mendapatkan ridho Allah SWT. Semoga, kita selalu diberi kekuatan Allah, untuk senantiasa mampu meningkatkan kadar ketaqwaan kita, hingga kelak kembali kehadirat Allah dalam keadaan kadar kataqwaan yang sempurna. Mati dengan khusnul khotimah. Amin.
Kaum muslimin Rahimakumullah
Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Dalam kehidupan manusia, kedua unsur ini haruslah berimbang, jasmani memerlukan makanan untuk dapat bertahan hidup, demikian pula rohani, harus selalu disirami agar tidak gersang. Islam mengajarkan, agar kita selalu menyeimbangkan antara kebutuhan jasmanai dan kebutuhan rohani, kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Islam tidak membenarkan seseorang, yang dalam hidupnya hanya mementingkan kebutuhan jasmani, dengan mencari dunia untuk kebahagiaan jasmani semata. Islam juga tidak membenarkan seseorang, yang hidupnya hanya mementingkan kebutuhan ruhani, hanya beribadah kepada Allah untuk meningkatkan keimanannya tanpa memperdulikan kesehatan jasmaninya. Dalam surat al-Qashshas: 77 Allah berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (القصص: ٧٧)
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Terkait dengan ayat di atas imam al-Nassafi menyatakan:
{ وابتغ فِيمَا ءاتَاكَ الله } من الغنىِ والثروةِ { الدارَ الأخرةَ } بأن تتصدقَ على الفقراءِ وتصلَ الرحمَ وتُصرِّفَ إلى أبوابِ الخيِر { وَلاَ تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدنيا } وهو أن تأخذَ ما يكفيكَ ويصلحك
Dan carilah harta kekayaan yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk (kebahagiaan) negeri akhirat, dengan cara mendermakan harta tersebut kepada para fuqara’, bersilaturrahim, dan mentasarufkan ke jalan kebaikan. Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dengan mengambil yang dapat mencukupi dan memperbaiki kebutuhan hidupmu.
Menurut Sayyid Qutb, ayat ini menunjukkan betapa sempurna dan seimbangnya tatanan/petunjuk ilahi. Ia mengajarkan agar orang yang berharta mendermakan hartanya untuk kehidupan akhirat, disisi lain Allah tidak melarang bahkan mendorong manusia untuk mengambil bagian dari dunia, sehingga ia tidak bersikap zuhud (meninggalkan dunia) yang menyebabkan ia lemah dalam kehidupan ini. Allah telah menjadikan dunia dan menyuruh manusia untuk memakmurkan, hal ini sebagai konsekwensi dijadikannya manusia sebagai khalifah Allah di bumi ini.
Dalam surat al-Nisa’ ayat 9 Allah berfirman:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (النساء: ٩)
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Menurut imam al-Thabary ayat ini secara implisit memerintahkan agar kita tidak meninggalkan anak-anak kita dalam keadaan miskin, hendaklah kita membekali mereka harta cukup sehingga ia tidak bergantung pada belas kasihan rang lain. Dilanjutkannya ayat ini dengan perintah taqwa menunjukkan bahwa membekali harta yang cukup kepada anak merupakan bagian dari ketaqwaan kepada Allah.
Kaum muslimin Rahimakumullah
Ibnu Katsir berkata: “Allah sungguh mencela orang-orang yang hanya meminta kebahagiaan dunia dan melupakan akhirat, dan Allah memuji orang-orang yang meminta kebahagian dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana bunyi surat al-Baqarah ayat 200-202
Rasulullah mencela orang yang orientasi hidupnya hanya akhirat dan mengesampingkan kehidupan dunia. Dalam sebuah hadits riwayat Anas ibn Malik Rasulullah pernah menjenguk seseorang yang sakit parah, Rasulullah kemudian bertanya kepadanya: “Ya fulan, mengapa engkau tidak berdo’a, atau memohon kesembuahn kepada Allah ? orang tadi menjawab: sudah, Ya Rasulullah, saya memohon kepada Allah: “Ya Allah jika keadaanku demikian terus dan kehidupan akhirat lebih baik bagiku, maka segeralah ambil nyawaku. Rasulullah bersabda: jangalah demikian, mengapa engkau tidak berkata:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rasulullah kemudian mendo’akan kesembuhan orang tadi, kemudian ia sembuh dan hidup normal kembali.
Kaum muslimin Rahimakumullah
Ketika sahabat Umar ibn al-Khattab menjadi kepala negara, beliau selalu keliling desa dan pasar untuk melihat keadaan rakyatnya. Suatu hari, sahabat Umar melihat seseorang berada di pojok masjid membaca wirid mengagungkan asma Allah, esok harinya sahabat Umar juga melihat orang tadi melakukan hal yang sama, demikian ini sampai tiga hari. Ketika hari ketiga, sahabat Umar mendekati orang tadi dan bertanya: “Hai fulan, mengapa engkau hanya berada di masjid dan membaca wirid saja, mengapa engkau tidak bekerja sebagaimana yang lain ?, Orang tadi menjawab: “Wahai Amirul Mukminin, seandainya Allah mentakdirkan aku kaya, pasti harta itu akan datang kepadaku, walau aku hanya membaca wirid di masjid saja. Mendengar jawaban orang tadi sahabat Umar marah serta mengeluarkan orang tadi dari masjid – dalam satu riwayat sahabat Umar memukul orang tadi - dan beliu berkata:
اخرجوا واطلبوا الرِّزق ، فإنَّ السماء لا تمطرُ ذهباً ولا فضةً
“Keluarlah kalian, dan carilah rizqi, karena langit tidak akan menurunkan emas dan perak”
Dalam riwayat lain, pernah sahabat Umar bertemu dengan Zaid ibn Maslamah yang sedang bercocok tanam, kepadanya sahabat Umar berkata:
أصبتَ، استغنِ عن الناس يكن أصونَ لدينك وأكرمَ لك عليهم
“Engkau telah melakukan hal yang benar, janganlah engkau bergantung pada manusia, perbutanmu ini akan lebih menjaga agamamu dan memuliakan kamu dihadapannya”
Dari riwayat-riwayat di atas kita bisa mengambil hikmah/pelajaran betapa pentingnya menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan rohani, antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Inilah konsep kebahagian manusia yang sebenarnya menurut Islam.
Kaum muslimin Rahimakumullah
Pada masa sekarang ini, kita melihat banyak orang sibuk menumpuk kekayaan, mencari dunia, tidak ingat bahwa ia akan meninggalkan dunia ini. Kita juga banyak melihat sekian banyak orang yang kesulitan ekonomi yang kemudian harus menjual imannya. Kita juga banyak melihat orang pandai bahkan seorang ulama’ yang menghalalkan sesuatu yang jelas-jelas haram menurut agama, hanya karena memperoleh sejumlah uang. Semuanya ini, disebabkan tidak seimbangnya kesehatan jasmani dan rohani, tidak seimbangnya kebutuhan dunia dan akhirat, dan tidak seimbangnya kekuatan mental dan spiritual.
Terakhir, Marilah kita simak perkataan sahabat Salman kepada sahabat Abi Dardak, ketika Abi Darda’ hanya mementingkan kehidupan akhirat dengan beribadah saja, tidak mau dengan kehidupan dunia, berpakaian compang camping dan kurang memperhatikan istreinya, kepada Abi Dardak Salman berkata:
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، فَأَعْطِ كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « صَدَقَ سَلْمَانُ »
“Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, demikian pula badan dan keluargamu, maka berikanlah hak masing-masing. Rasulullah bersabda: “Benarlah apa yang dikatakan Salman”. (HR. Bukhary)
Semoga Allah selalu memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, kekuatan mental dan spiritual. Sehingga kita benar-benar menjadi orang yang bahagia dhohir dan batin, dunia dan akhirat. Amin.
إنَّ أَحْسَنَ الكَلاَمِ كَلاَمُ اللهِ المَلِكِ العَلاَّمِ . وَاللهُ سُبْحَانَهُ وتعالى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى المُهْتَدُوْنَ . وَاِذَا قُرِئَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ . اعوذ بالله من الشيطان الرجيم . فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي اْلآَخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ . وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ . وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ