Tambakberas.com. Innalillahi wa Inaailaihi Raji'un, pada Jum'at (30/07/2021) Ibu Nyai Zubaidah menghembuskan nafas terakhirnya. Kabar ini sontak membuat sanubari berduka.
Nyai Zubaidah adalah salah satu Ibu Nyai sepuh yang ada di Pesantren Tambakberas Jombang. Nyai Zubaidah adalah istri dari almarhum Kiai Nasrullah Abdurrohim. Keduanya merintis Pesantren As-Sa'idiyah, salah satu unit Pesantren di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.
Nyai Zubaidah akrab disapa Ibu oleh para santrinya. Di usianya sekarang 82 tahun pun, para santrinya tetap memanggil Ibu. Sebagai perlambang bahwa Nyai Zubaidah mengambil peran sebagai Ibu, yang mengayomi para santrinya di pesantren.
Nyai Zubaidah berasal dari Keboan, sebuah desa di pinggiran sungai Berantas, berbatasan langsung dengan Kecamatan Kemlagi Mojokerto. Haji Sulaiman ayahnya, adalah seorang saudagar di masanya. Putra putrinya semua dipondokkan. Ada yang di Tremas, Tebuireng dan juga Tambakberas. Salah satu putri Haji Sulaiman, kakak Nyai Zubaidah, bahkan telah nyantri di Tambakberas sejak masa hidup Mbah Nyai Lathifah.
Awalnya Nyai Zubaidah nyantri di Tambakberas tahun 1952. Sekolah di Madrasah Ibtida'iyah Tambakberas. Lalu beliau melanjutkan nyantri di Porong. Bu Nyainya yang seorang penghafal Qur'an, kerap memintanya menyimak setiap kali Bu Nyai membaca hafalannya.
Didikan Qur'an langsung dari ayahnya, maupun yang didapat selama nyantri, membuat Nyai Zubaidah memiliki penguasaan yang mendalam terkait makhroj dan tajwid, ditambah bakat suara merdu yang beliau miliki, Nyai Zubaidah kerap diminta memimpin pembacaan tahlil ataupun doa. kesemuanya dilantunkan dengan bacaan yang mampu menyentuh relung sanubari pendengarnya.
Pendidikan menengah Nyai Zubaidah ditempuh di Madrasah Muallimat NU Kawatan Surabaya. Pimpinan Kiai Wahab Turcham. Nyai Zubaidah menyebutnya Ustad Wahab. Madrasah ini merupakan cikal bakal sekolah Khodijah. Sebelum pindah ke kawasan Wonokromo pada awal tahun 1960-an. Di Madrasah Kawatan, Nyai Zubaidah pernah pula diajar oleh Kiai Bashori Alwi, pakar Qur'an asal Singosari Malang.
Nyai Zubaidah setiap hari berangkat dari Porong ke Kawatan Surabaya. Pada zaman itu, moda transportasi yang digunakan adalah trem/kereta api. Agak mengagumkan memang, di masa 5 tahun setelah Indonesia merdeka, sosok gadis santri telah bersekolah di luar kota tiap harinya dengan tetap tinggal di Pesantren. Hal ini tentunya berkat orang tua maupun pengasuh pesantren yang visioner terkait kemajuan putri dan santrinya.
Pada tahun 1952, Haji Sulaiman mengambil keputusan agar Nyai Zubaidah kembali mondok di Tambakberas. Kala itu adalah era kepengasuhan Mbah Yai Wahab Hasbullah. Nyai Zubaidah menempuh pendidikan di Madrasah Mu'allimat, yang kala itu masih ditempuh 4 tahun. Pengajian kitab di pesantren Al-Lathifiyah kala itu, diampu oleh dzurriyah Kiai Hasbullah, Kiai Sholeh Hamid, Kiai Malik Hamid, Kiai Nashrullah yang kala itu belum menikah, termasuk pengampu pengajian di pesantren Lathifiyah.
Teman seangkatan Nyai Zubaidah kala nyantri antara lain: Nyai Wahibah Putri Kiai Wahib, Cucu Kiai Wahab. Nyai Wahibah akhirnya bermukim di Jember, setelah dipersunting Kiai Farouq Muhammad, cucu Kiai Shiddiq Jember.
Di Pesantren inilah, Nyai Zubaidah bertemu dengan Kiai Nashrullah, yang kelak menjadi jodohnya. Pernikahan mereka berdua berlangsung pada tahun 1958. Kiai Nashrullah meminang seorang istri yang fasih bacaan Al- Qur'annya. Sesuai pula dengan harapan Nyai Zubaidah muda. Beliau mendamba seorang suami "sing iso ngaji". yang memiliki pemahaman agama yang mumpuni.
Pernikahan keduanya membuahkan enam keturunan. Lima putri dan seorang putra. Penguasaan yang baik akan tata bahasa arab, membuat Kiai Nashullah memberikan nama bersusunan idlofah yang unik bagi seluruh putra putrinya, bukan sekedar unik, namun juga memiliki visi yang mendalam terkait perjuangan, sesuatu yang menjadi harapan pasangan Kiai Nasrullah dan Nyai Zubaidah. Putra-putrinya diberi nama :
1. Munhidlotul Ummah.
Bermakna pembangkit umat. Sesuai kegandrungan Kiai Nashrullah terhadap Nahdloh/kebangkitan.
2. Umdatul Khoirot.
Berarti pilar kebaikan. Seiring keyakinan Kiai Nashrullah akan pentingnya pilar/sokoguru yang kuat dalam perjuangan.
3. Roidatus Salamah
Kiai Nasrullah sangat mengharap keselamatan bagi putri ketiganya ini.
4. Zumrotus Sholihah.
Bermakna harapan, agar putrinya ini termasuk golongan wanita sholihah.
5. Muhammad Habiburrohman.
Bermakna harapan agar putranya ini menjadi orang yang dikasihi oleh Allah yang maha Rahman.
6. Sa'adatul Athiyyah.
Kiai Nasrullah berbahagia atas kelahiran putri terakhirnya ini
blog comments powered by Disqus