Hancurnya Kejujuran
Oleh : KH. Salman Alfarisi
اَلْحَمْدُ للهِ خَلَقَ الْإِنْسَانَ، عَلَّمَهُ الْبَيَان، وَحَذَّرهُ مِنْ آفَاتِ اللسان وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلـٰه إِلَّا الله، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةً تَفْتَحُ لِقَائِلهَا أَبْوابَ الْجِنَان، وَتُغْلِقُ عَنْهُ أَبْوابَ النِّيِرَان، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الْمُؤيَّدُ بِالْمُعْجِزَاتِ وَالبُرهَان، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، أَهْلَ الْبِرِّ وَالْإِيمَانْ، وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرا.
أَمَّا بَعْدُ: أَيُّها النَّاس؛ اتَّقوا الله تعالىٰ تحفَّظوا مِن ألسنتكم، واحْذروا مِن عواقبِ كلامِكم. قالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا* يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾. فاتَّقوا الله؛ عباد الله وتحفظُّوا مِن ألسنتكم، وزِنُوا كلامكم، فإنَّ الكلام يُحْصىٰ عليكم، ويكتبُ فِي صحائفكم .﴿ مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ﴾
Ma’asyirol Muslimin rahimakumulloh…
Hari-hari ini kita tengah dihadapkan pada situasi sosial yang mengganggu beban berat hati dan pikiran kita semua. Ada suatu kondisi dimana sesama warga masyarakat Indonesia kini di liputi oleh rasa saling curiga, saling menghujat, saling memfitnah, saling membully dan sejenisnya. Kebaikan dan kebenaran lalu seolah-olah menjadi monopoli satu kelompok masyarakat tertentu saja. Dan kelompok yang lain adalah salah. Kondisi semacam ini semakin diperparah dengan peran media-media sosial yang ikut menggoreng hati yang sebenarnya sudah panas meluap-luap. Media massa tidak lagi memberikan rasa damai dan kesejukan. Media massa sudah menjadi senjata pengeruk kepentingan komersial dan pemuas nafsu rendah dalam bungkus yang indah.
Ma’asyirol Muslimin…
Sebagai kaum beriman, yang meyakini kebenaran Allah dan Rasulnya, marilah kita mencoba melakukan muhasabah, apakah perilaku kita untuk saling menyerang dan menikam sudah sesuai dengan ajaran islam yang kita anut ? Atau justeru kita sudah demikian jauh dari ajaran agama kita sendiri ? Sudahkah kita menjadi muslim yang kaffah ? Bukankah Allah memerintahkan kepada kita semua :
يا ايها الذين امنوا ادخلوا في السلم كافة
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam agama islam secara kaffah” QS Al-Baqrah {2} ; 208
Thahir bin Asyur dalam Tafsir al Tahrir wa al Tanwir mengatakan bahwa; Hakikat makna al silm adalah al shulh (perdamaian) dan tark al muharabah (meninggalkan peperangan atau saling membunuh). Artinya, bahwa kita betul-betul bisa dikatakan menjadi seorang muslim bila sudah mampu menciptakan rasa aman dan damai pada sesama. Rasulullah saw mengatakan
المسلم من سلم المسلمون من لساته ويده
“Muslim sejati adalah apabila orang muslim lain selamat dari dari lidah dan tangannya (kekuasaannya)”
Ma’asyirol muslimin
Rasulullah saw sebenarnya sudah memberi semacam juknis dalam menyikapi fenomena carut marut di zaman fitnah seperti sekarang ini. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Daud, Ibn Majah dan Tirmidzi, Nabi mengatakan :
إئتمروا بالمعروف وانتهوا عن المنكر حتى إذا رأيت شحا مطاعا وهوى متبعا ودنيا مؤثرة وإعجاب كل ذي رأي برأيه فعليك بنفسك ودع عنك العوام فإن من ورائكم أيام الصبر . الصبر فيهن مثل القبض عل الجمر للعامل فيه مثل اجر خمسين رجلا يعملون مثل عمله
Ikuti yang baik, hidari yang buruk. Jika kamu melihat orang sangat pelit atau orang yang senang menuruti hawa nafsunya, atau orang yang megejar kenikmatan duniawi, atau orang yang membanggakan pendapatnya sendiri, maka jagalah dirimu, dan tiggalkan pandangan yang buruk itu. Kamu harus bersabar menghadapi zaman penuh cobaan itu.. Bersabar pada saat-saat seperti tersebut memang seperti memegang bara api. Orang yang berrsabar melakukannya memperoleh pahala lima puluh kali pahala orang yang melakukan hal itu. ”(Syaraf al Ummah Muhammadiyyah, hal. 204). Tidakkah kita malu jika pada saat kita menghadap pada Allah, dengan perasaan yang penuh bangga dan percaya diri karena merasa sudah melakukan kesalehan-kesalehan personal seperti puasa, shalat dan haji, tapi kemudian semua itu diyatakan hilang tidak berbekas oleh Allah . Ia dinyatakan bangkrut oleh Allah. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyebutkan :
عن لبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : أتدرون من المفلس ؟ قالوا المفلس فينا يا رسول الله من لا درهم له ولا متاع , قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلااته وصيامه وزكاته , ويأتي قد شتم هذا , وقذف هذا, وأكل مال هذا , وسفك دم هذا , وضرب هذا , فيقعد فيقتص هذا من حسناته , وهذا من حسناته , فإن فنيت حسناته قبل أن يقتص ما عليه من الخطايا , أخذ من خطاياهم فطرح عليه , ثم طرح في النار
Nabi bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu ? Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak lagi punya harta dan kekayaan.” Beliau mengatakan, “ Orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa daftar pahala shalat, puasa dan zakat, tetapi (dalam waktu yang sama) dia juga membawa daftar kezliman. Dia mengecam si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D dan memukul si E. Kepada mreka yang dizalimi, merampas hak- hak asasinya, dia (pelaku) dihukum dengan membayar pahala atas kebaikan-kebaikan atau kesalehan-kesalehan (personal)nya. Kalau dengan semua pahala kebaikan dan kesalehan tersebut dia belum bisa melunasinya, maka dosa mereka yang dizalimi itu dilemparkan kepadanya. Sesudah itu dia (pelaku) dilemparkan kedalam api neraka.” HR. Muslim.
Pernyataan Nabi diatas memperlihatkan kepada kita, betapa kesalehan personal seperti shalat, puasa dan haji dengan pahalanya yang begitu besar, bisa digugurkan dan digusur oleh perilaku- perilaku kezaliman sosial. Kezaliman sosial adalah tindakan-tindakan yang melanggar hukum publik, merampas hak milik manusia, melukai kehormatannya, seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, melakukan kekerasan dan lain sebagainya. Nabi memberi peringatan kepada mereka kesalehan personal tidak akan membawa kebaikan surgawi jika tidak dibarengi dengan kesalehan sosial.
Harus ada kesediaan dan kerelaan untuk menerima pendapat orang lain yang berbeda. Jika kita ingin kembali pada ajaran agama, Al-Qur’an dan Hadits, sebagaimana jargon yang begitu populer saat ini, maka semestinya kita mengaplikasikan apa yang diperintahkan oleh Allah dalam QS. Al ‘ashr, yaitu watawashou bi al haqq dan tawashou bi al shobr (saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran). Mekanisme yang paling baik dan sejalan dengan Al Qur’an itu adalah dialog, musyawarah dan cara-cara lain untuk mencari titik temu untuk kebaikan bersama, bukan mencari-cari pembenaran diri atau bukan dengan mengklaim bahwa pendapatnyalah yang paling benar sambil mencaci pendapat yang lain. Apalagi dengan menggunakan kekerasan, termasuk membunuh karakter seseorang atau kelompok. Tak ada yang paling dirugikan dari perseteruan, kesombongan dan kekerasan kecuali warga dan bangsa kita sendiri. Sebaliknya, tak ada sikap dan cara yang paling memajukan dan membahagiakan masyarakat kecuali dengan saling menghargai dan rendah hati diantara sesama, sebagaimana diajarkan oleh Tuhan dan Nabi serta para ulama generasi awal. Imam Syafi’I mengatakan, “pendapat kami benar, tapi mengandung kemungkinan keliru. Pendapat orang lain keliru, tetapi mengandung kemungkinan benar”
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Ada sebuah hadits Nabi yang begitu popular, yang semoga bisa menjadi rem pengendali untuk tidak melakukan kebohongan dan fitnah atau menyebarkan berita hoax. Rasulullah saw bersabda :
الا أخبركم بشراركم ؟ قالوا بلى . قال المشّاؤون بالنميمة , المفسدون بين الأحبة , الباغون للبراء العنت
“Maukah kalian aku beritahu tentang orang-orang paling buruk diantara kalian ? “Baik ya Rasulallah", “yaitu orang-orang yang kerjanya mengadu domba (menghasut), yang gemar mencerai beraikan orang-orang yang saling mengasihi, dan yang suka mencari kekurangan pada manusia yang tidak berdosa.” (Akhrojahu Bukhori). Dalam hadits yang lain Rasul juga bersabda ;
لا يدخل الجنة نمام Pelaku adu domba tidak akan masuk surga.
Kaum Muslimin rahimakumulloh
Demikian khutbah singkat ini, semoga bisa memberikan pencerahan pada diri kita semua, sehingga kehidupan kita mendapatkan ridlo alloh SWT, Amin ya robbal alamin .
اِنَّ اَحسنَ الكلامِ كلامُ اللهِ الـمَلِكِ العَلاَّمِ، وَاللهُ سُبْحَانَهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الـمُهْتَدُوْنَ، وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بـِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، إِنَّهُ هُوَ البَرُّ الرَؤُوفُ الرَّحِيْمُ.