Oleh KH. Abdul Kholid Mas’ud
اَلـْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَوْجَبَ اْلِانْسَانَ اَنْ لاَ يُقَصِّرَ فِيْمَا يَجِبُ عَلَيْهِ لِنَفْسِهِ وَالعِيَالِ، وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً وَاَنْبَتَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا فِى اَيِّ مَكَانٍ وَجَالٍ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى جَزِيْلِ الاِحْسَانِ وَالاِفْضَالِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الـمُتَفَرِّدُ بِالقِدَمِ وَالبَقَاءِ وَالكَمَالِ. شَهَادَةً تُبَلِّغُ شَاهِدَهَا رُتَبَ الـمَعَالِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الـمَخْصُوْصُ بِاَشْرَفِ مَقَامَاتِ الاِرْسَالِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدنا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الـمَقَامِ العَالِى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الـفَائِزِيْنَ بِدَرَجَاتِ العُلَى فِى القِيَامَةِ عِنْدَ حَضَرَةِ العِرْفَانِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى فَقَدْ فَازَ الـمُتَّقُوْنَ، وَاعْلَمُوا اَنَّ عَلَيْكُمْ فَرِيْضَةً وَهِيَ اَنْ تُحَافِظُوْا عَلَى حَيَاتِكُمْ وَعَلَى حَيَاتِ مَنْ تَجِبُ لَهُمْ عَلَيْكُمْ النَّفَقَاتُ وَالنَّفَقَاتُ لاَتَنَالُوْهَا اِلاَّ باِلاِبْتِغَاءِ وَالاِكْتِسَابِ. قال تعالى: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (الجمعة: 10) وقال النبى صلى الله عليه وسلم: اُطْلُبُو الرِّزْقَ فِى خَبَايَا الاَرْضِ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Kita terus berusaha menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, kita terus meningkatkan nilai raport amal baik kita dan berusaha mengurangi/menghapus nilai raport jelek kita, hingga ketika kita kembali kehadirat Allah kita betul-betul tidak mempunyai nilai raport yang jelek, meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, hanya mempunyai nilai amalan yang baik dan terhapus dari nilai amalan yang jelek. Inilah dambaan setiap muslim dihadapan Allah SWT kelak di Akhirat.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Setiap manusia yang lahir di dunia ini diberi Allah berbagai kenikmatan, fasilitas, dan kemampuan, semuanya itu diberikan Allah sebagai bekal bagi manusia untuk menempuh kehidupannya di dunia. Namun tujuan akhir manusia tidaklah dunia ini tetapi akhirat, untuk itu terhadap semua fasilitas yang telah Allah berikan itu manusia harus mempertanggungjawabkannya kelak di Akhirat.
Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab shahihnya meriwayatkan hadis dari Abdullah ibn Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban.” (HR. Bukhari-Muslim)
Imam al-Tirmidzy dalam kitab sunannya meriwayatkan hadis dari Abi Barzah al-Aslamy bahwa Rasulullah SAW menyebutkan bahwa ada empat hal yang harus dipertanggungjawabkan manusia dihadapan Allah kelak di hari kiamat yaitu: 1). Umur, untuk apa saja ia habiskan umur tersebut. 2). Ilmu, apa yang diperbuat dengan ilmu yang dimilikinya. 3). Harta, bagaimana cara ia mencarinya dan untuk apa saja ia belanjakan harta tersebut. 4). Jasad/badan, apa yang ia diperbuat dengan badan yang sehat tersebut.
Mengomentari hadis di atas imam al-Thayyibi (Tuhfah al-Ahwady Syarakh Sunan al-Tirmidzy) menyatakan, bahwa diantara empat hal di atas yang paling berat dipertangugngjawabkan manusia adalah harta, karena manusia harus mempertanggungjawabkan tidak hanya dari segi cara mencarinya saja, tetapi ia juga harus mempertanggungjawabkan bagaimana membelanjakan harta tersebut.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hadis di atas memberikan pelajaran bagi kita umat Islam agar mencari harta sekaligus membelanjakan dengan cara yang halal dan baik, sebab harta itu akan kita pertanggungjawabkan dari kedua sisi tersebut. Imam Abu al-Laits al-Samarqandy (Tanbih al-Ghafi’lin) memberikan resep bagi kita bagaimana cara mencari harta dengan cara yang baik, sehingga harta tersebut mempunyai nilai ibadah dan bermanfaat bagi diri dan keluarga kita kelak di Akhirat. مَنْ أَرَادَ أَنْ يَكُوْنَ كَسْبُهُ طَيِّبًا، فَعَلَيْهِ أَنْ يَحْفَظَ خَمْسَةَ أَشْيَاءَ : Barangsiapa yang ingin usaha/pekerjaannya menghasilkan sesuatu yang baik bersih dan suci maka hendaknya ia menjaga lima perkara:
أَوَّلـُهَا: أَنْ لاَ يُؤَخِّرَ شَيْئًا مِنْ فَرَائِضِ اللهِ تعالى لِأَجْلِ الكَسَبِ، وَلاَ يَدْخُلُ النَّقْصُ فِيْهَا
Pertama, Janganlah usaha/pekerjaan itu hingga sampai menunda seseorang untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah SWT apalagi menguranginya.
Marilah kita mengingat sejenak cerita tsa’labah, seorang sahabat yang asalnya miskin kemudian ia minta dido’akan Rasulullah SAW untuk menjadi orang kaya, mulanya Rasulullah SAW menolak tetapi sahabat itu memaksa terus hingga akhirnya Rasulullah SAW pun mendo’akan. Pada akhirnya tsa’labah menjadi orang yang mempunyai harta yang berlimpah, namun sayang harta itu sedikit demi sedikit menyibukkan dirinya hingga meninggalkan shalat berjama’ah bahkan melupakannya untuk membayar zakat, pada akhirnya harta itupun tidak dapat memberikan manfa’at tetapi justeru membahayakan dirinya dan keluarganya. Dalam surat al-Munafiqun: 9 Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (المنافقون: 9)
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. (al-Munafiqun: 9)
Pada saat ini kita banyak menjumpai orang-orang yang resah dan stress, mereka bukanlah orang-orang miskin tetapi mereka adalah orang-orang kaya, seluruh waktunya mereka habiskan untuk memburu harta, di sisi lain mereka hidup bahagia dengan harta yang melimpah namun pada hakekatnya mereka hidup sengsara, hal ini disebabkan karena jiwa mereka kering dan kosong dari nilai-nilai kemanusiaan apalagi nilai-nilai agama sehingga menyebabkan mereka stress. Orang-orang yang tujuan hidupnya hanya mencari harta semata tanpa menjalankan ajaran agama sebenarnya sama dengan hewan yang tujuan hidupnya hanya memenuhi perutnya saja.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
وَالثَّانِى: لاَ يُؤْذِىْ أَحَدًا مِنْ خَلْقِ اللهِ تعالى لِأَجْلِ الكَسَبِ
Kedua, Janganlah usaha/pekerjaan seseorang itu hingga sampai menyakiti orang lain. Dalam surat al-Nisa’: 4 Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (النساء: 29)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (al-Nisa’: 29)
Mayoritas ulama’ mengartikan “memakan harta dengan jalan yang batil” dengan arti mencari harta dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syari’at Islam seperti: mencuri, korupsi, khianat, ghasab, mengadu nasib dengan undian, jual beli dengan cara riba dan lain-lain.
وَالثَّالِثُ: أَنْ يَقْصُدَ بِكَسْبِهِ اِسْتِعْفَافًا لِنَفْسِهِ وَلِعِيَالِهِ، وَلاَ يَقْصُدُ بِهِ الـجَمْعَ وَالكَثْرَةَ
Ketiga, hendaknya usaha/pekerjaan itu bertujuan sekedar mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya, bukan untuk menumpuk memperbanyak harta.
Hal ini disebabkan manusia tidak akan puas dengan harta, berapapun harta yang dimiliki selalu merasa kurang, dan terus ingin mencari yang lebih banyak lagi, hal ini sebagaimana sabda Nabi:
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَيْنِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى إِلَيْهِمَا مِثْلَهُ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ.(رواه البيهقى)
Seandainya manusia itu mempunyai dua gudang harta pasti akan masih mengingkan sejumlah harta yang sama, karena perut manusia tidak akan bisa kenyang kecuali setelah ia ditaburi debu/mati, akan tetapi Allah akan menerima siapa yang tobat/kembali kepada-Nya. (HR. Al-Baihaqy)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
وَالرَّابِعُ: أَنْ لاَ يـَجْتَهِدَ نَفْسَهُ فِى الكَسَبِ جِدًّا
Keempat, hendaknya tidak berlebihan dalam melakukan usaha atau bekerja.
Demikian ini agar manusia tidak begitu menyesal ketika menemukan kegagalan setelah berusaha. Rezeki manusia telah ditentukan Allah dan manusia hanya dituntut untuk ikhtiyar/usaha sesuai dengan kemapuan yang dimilikinya. Berkaitan dengan hal ini al-Baihaqi meriwayatkan dari Abi Khumaid al-Sa’dy bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أَجْمِلُوا فِى طَلَبِ الدُّنْيَا فَإِنَّ كُلاًّ مُيَسَّرٌ لَهُ مَا كُتِبَ لَهُ مِنْهَا
Carilah dunia itu dengan cara yang baik karena masing-masing akan diberi kemudahan untuk mendapatkannya sesuai dengan yang telah ditetapkan (HR. Al-Baihaqy)
وَالخَامِسُ: أَنْ لاَ يَرَى رِزْقَهُ مِنَ الكَسَبِ وَيَرَى الرِّزْقَ مِنَ اللهِ تعالى وَالكَسْبُ سَبَبًا
Kelima, hendaknya seseorang tidak memandang bahwa rezeki yang didapatkan itu semata-mata merupakan hasil dari usaha/pekerjaannya, tetapi rezeki itu adalah anugerah dari Allah sementara usaha/pekerjaan itu hanyalah sebagai perantara atau media untuk mendapatkan rezeki.
Dalam surat Hud: 6 Allah menyatakan bahwa Dialah yang menanggung rezeki semua makhluk di muka bumi ini, semuanya itu telah ditetapkan Allah dalam buku catatan amalnya. Dalam surat al-Ankabut: 62, al-Saba’: 39. Allah juga menyatakan bahwa Dialah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki hamba-Nya. Demikian itu dilakukan Allah sebagai ujian kepada manusia (al-Jalalain) Ayat-ayat di atas bukan berarti kita harus berpangku tangan, tanpa berusaha dan bekerja tetapi kita diharuskan mencari rezeki tersebut sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang kita miliki, sementara hasilnya kita serahkan kepada Allah.
Semoga sekelumit khutbah ini dapat menyadarkan kita betapa beratnya tanggungjawab kita kepada Allah terkait dengan harta yang kita miliki, semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada kita untuk mampu mencari rezeki yang halal dan baik.
إِنَّ أَحْسَنَ الكَلاَمِ كَلاَمُ اللهِ المَلِكِ العَلاَّمِ . وَاللهُ سُبْحَانَهُ وتعالى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى المُهْتَدُوْنَ . وَاِذَا قُرِئَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ . اعوذ بالله من الشيطان الرجيم . يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168البقرة: )
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ