Bulan Gus Dur, Ketum YPPBU Tambakberas: Sang Arkeolog Kuburan (I)
BULANGUSDUR
Tambakberas.com - Bulan Desember banyak orang menyebutnya dengan bulan almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ini lantaran pada 30 Desember 2009 lalu, Presiden ke-4 Republik Indonesia itu wafat dan diistirahatkan di Komplek Pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Setelahnya, peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi pada masa Gus Dur masih hidup kemudian dikenang oleh banyak kalangan, mulai dari keluarga, teman dekat atau sahabat, santri hingga masyarakat biasa. Terlebih sejumlah kenangan itu muncul saat memasuki bulan Desember setiap tahunnya.
Ketua Umum (Ketum) Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (YPPBU) Tambakberas, Jombang KH. M. Wafiyul Ahdi menyebutnya, bahwa Gus Dur merupakan Sang Arkeolog Kuburan.
"Diakui atau tidak Gus Dur itu seorang arkolog yang spesialis menemukan makam atau kuburan tokoh-tokoh besar yang kuno dan hampir tidak dikenali oleh masyarakat di sekitarnya," katanya, Senin (10/12).
Diceritakan dia, suatu ketika tiba-tiba Gus Dur berziarah ke sebuah pemakaman umum yang tidak terpikir oleh orang di sekitarnya untuk berziarah ke makam tersebut. "Ternyata setelah diziarahi Gus Dur, masyarakat baru menyadari bahwa di situ dimakamkan seorang alim, tokoh yang berjasa dalam dakwah Islam pada masanya," ucapnya.
Peristiwa di atas dilakukan Gus Dur di beberapa tempat. Ada banyak makam kuno yang hingga saat ini ramai diziarahi banyak orang setelah dikunjungi Gus Dur. Salah satunya adalah sebuah makam di Trowulan, tepatnya dekat Situs Kerajaan Majapahit.
"Saya masih ingat, dekade 90-an awal, abah dan ibu saya pernah diajak Gus Dur mengantar Megawati Soekarno Putri ziarah ke trowulan di dekat situs kerajaan majapahit yang waktu itu masih sepi. Ternyata di situ tempat makam Syekh Jumadil Kubro," tuturnya.
Syekh Jumadil Kubro sendiri merupakan tokoh penyebar agama Islam pada zaman Majapahit. "Setelah dikunjungi Gus Dur, pemakaman itu menjadi ramai, bahkan sekarang menjadi Destinasi Wisata Religi andalan Mojokerto," jelas kiai muda ini.
Di samping sebagai arkeolog yang "menghidupkan" makam-makam kuno atau tempat peristirahatan tokoh-tokoh hebat di zamannya, cucu Hadratussyeh KH Hasyim Asy'ari (Mbah Hasyim) ini juga menghidupkan perekonomian di wilayah sekitar makam.
"Berapa banyak orang yang merasa dihidupi Gus Dur karena jasanya menghidupakan makam yang tadinya sunyi menjadi ramai dan memiliki nilai ekonomi tinggi," ujarnya.
Dengan demikian, imbuh dia, maka sangat wajar saat makam Gus Dur sendiri selalu ramai dan penuh peziarah sejak Gus Dur wafat sampai hari ini. Dan bahkan sampai kapanpun selama tradisi ziarah kubur masih lestari. "Ini karena hoby Gus Dur yang menemukan dan meramaikan makam-makam leluhur," tuturnya.
Kiai yang kerap disapa Gus Wafi ini memaparkan, Gus Dur memiliki ilmu kasyaf yang tinggi, sehingga bisa melihat dengan jelas terkait keberadaan makam-makam leluhur yang sangat berjasa. "Kalau beliau tidak memiliki ilmu kasyaf yang tinggi maka belum tentu makam kuno itu akan terbuka identitasnya. Dan yang memiliki keahlian menyingkap rahasia benda-benda kuno adalah arkeolog. Dan arkeolog itu adalah Gus Dur," pungkasnya. (Syamsul Arifin)