KH. Abdul Wahab Chasbullah merupakan salah satu dari tiga serangkai pendiri organisasi NU. Dikenal sebagai penggerak & inisiator berdirinya NU. Beliau lahir di Jombang pada tanggal 31 Maret tahun 1888 M, yang merupakan putra pertama dari pasangan KH. Chasbullah Said dengan Ibu Ny. Hj Lathifah. Beliau merupakan kakak dari KH. Abdul Hamid, KH Abdurrochim, Ny Fathimah dan Ny Khodijah.
Sewaktu kecil Ky Wahab menerima pelajaran dasar islam dari ayahnya, hingga berumur 13 tahun. Kemudian beliau mengembara ilmu di beberapa pesantren di Indonesia dan Timur Tengah, diantaranya Pondok Pesantren Langitan Tuban, Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk, Pondok Pesantren Tawangsari Sepanjang kepada KH. Kholil Bangkalan, dan juga Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH Hasyim Asy’ari.
Sekitar tahun 1909 M , beliau dikirim ke Makkah untuk memperdalam ilmu agama. Beliau bermukim di sana kira-kira selama 5 tahun. Dalam masa itu, yakni masa kepemimpinan Syarif Husein, di Makkah sedang maju kajian agama islam. Masjidil Haram yang besar dan luas merupakan wahana seperti perguruan tinggi yang tidak pernah sepi dari pagi hingga malam.
Banyak jasa-jasa beliau yang masih terasa hingga masa kini, salah satunya yakni perjalanan beliau ketika di tunjuk sebagai komite Hijaz untuk menemui Raja Syarif Husein. Ketika pemerintahan Raja Syarif Husein yang beraliran Wahabi, Raja merombak habis-habisan peraturan di tanah Arab, Raja Syarif Husein melarang Kelompok Islam selain aliran Wahabi untuk mengajarkan ilmu agama.
Kemudian terdengar berita bahwa makam Rasulullah Saw akan di gusur. Hal ini menjadikan Ulama’ seluruh dunia khawatir, khususnya para ulama’ Indonesia yang beraliran Ahlussunnah Wal Jamaah. Selanjutnya dengan dibentuknya komite Hijaz yang diketuai oleh Ky Wahab, beliau beserta rombongan mencoba merundingkan hal tersebut dengan Raja Syarif Husein, alhasil Raja Syarif Husein tidak jadi menggusur makam Rasulullah SAW, yang masih kita temui hingga saat ini.
Kyai Wahab juga merupakan pencipta mars Ya Ahlal Wathon, yang sekarang menjadi lagu kebanggaannya orang NU. Beliau juga pernah menjabat sebagai Rois Aam PBNU, menggantikan KH Hasyim Asy’ari. Dikenal sebagai kyai pencetus nama Bahrul Ulum, yang diusulkan dan ditirakati oleh para santri-santri beliau, salah satunya yakni KH Moch Djamaluddin Ahmad.
Beliau meninggal di Jombang, tepatnya 4 hari setelah pelaksanaan Muktamar NU di Surabaya. Pada hari Rabu, 12 Dzulqa’dah 1391 H atau 29 Desember 1971 M. Mendapat gelar pahlawan Nasional pada tahun 2014 oleh Presiden Jokowi. Di makamkan di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Bahrul Ulum,p Tambakberas, Jombang.
[Yusuf]