Senin pagi (27/2) dilaksanakan Opening Ceremony HUMAPON 2023 di lapangan Untung Suropati yang dimeriahkan dengan berbagai penampilan, salah satunya pertunjukan spesial drama kolosal bertajuk "Amanat Senja". Berikut adalah ulasan cerita drama tersebut.
Menceritakan tentang Perang Jawa yang terjadi antara tahun 1825-1830. Perang perlawanan melawan Belanda ini tidak dapat terelakkan. Pasukan Jawa dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang memprakarsai perlawanan kepada kolonial Belanda. Disaat kondisi pasukan Jawa mulai kuwalahan menghadapi desakan pasukan Belanda, Pangeran Diponegoro berinisiatif membangun basis-basis perjuangan di berbagai daerah. Pangeran pun memberikan amanat kepada para panglima perang untuk membangun kekuatan di berbagai penjuru daerah.
Salah satu panglima perang yang diberi mandat ialah Mbah Soichah. ia diutus untuk membangun basis pertahanan di Timur, daerah desa Gedang, Jombang. sekarang dikenal dengan dusun Gedang, Desa Tambakberas, Jombang. Akhirnya Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh pasukan Belanda.
Suatu ketika di suasana tenang dan sejuk pedesaan, datanglah Mbah Soichah di desa Gedang, bermandatkan amanat dari pimpinan pasukan Jawa. Mbah Soichah mulai menyusun strategi bersama para pengikutnya. Ia mengawali strateginya dengan mempelajari budaya dan adat tradisi masyarakat setempat.
Mbah Soichah bergaul dengan masyarakat, menularkan semua ilmunya untuk membantu masyarakat setempat dibidang pertanian, perdagangan, kanuragan, dan kesehatan. Dengan ini Mbah Soichah mulai dipercaya dan disegani oleh masyarakat setempat.
Suatu ketika Mbah Soichah berhasil mengobati salah satu orang yang tengah menderita sakit keras. Sejak saat itulah masyarakat semakin menghormati beliau dan bersedia dipimpin oleh beliau.
Gerakan Mbah Soichah ternyata sudah diintai dan dicurigai oleh pasukan Belanda.
Pasukan Belanda pun mengetahui bahwa Mbah Soichah sedang mengumpulkan pasukan dan kekuatan untuk menyambung perjuangan pasukan Jawa melawan Belanda. Belanda mengutus pasukan untuk menggagalkan rencana Mbah Soichah dan mengusik warga desa. Salah satu dari mereka meneriaki dengan congkak kepada Mbah Soichah yang sedang mengajarkan ilmu kepada warga desa. Sontak Mbah Soichah melihat kearahnya dan meneriakinya dengan keras yang mengakibatkan utusan Belanda itu terpental dan jatuh pingsan.
Akhirnya Mbah Soichah dapat mengumpulkan pasukan sekaligus membangun Pondok Gedang. Dari pondok inilah kesejahteraan masyarakat Gedang maju di berbagai bidang, mulai dari pertanian, perdagangan, keilmuan dan keagamaan juga kesehatan melalui ajaran agama Islam.
Berlanjut dengan latar tahun 1888 - 1918, di masa dua cucu dari Mbah Soichah yang bernama Hasbullah dan putranya Mbah Wahab Hasbullah. Pejuangan Pondok tambakberas mencapai masa puncak. Mbah Wahab sangat berperan dalam kesejahteraan dan kemerdekaan Indonesia. Melalui semangat meneruskan perjuangan Mbah Soichah inilah Indonesia saat itu mulai memegang sebuah harapan cerah. Mbah Wahab pada masa itu memprakarsai Nahdlatul Tujjar dan Nahdlatul Wathon untuk membangun kekuatan dibidang ekonomi, keagamaan dan pengetahuan, serta melakukan kaderisasi para pejuang Kemerdekaan Tanah Air Indonesia.
Untuk menancapkan semangat perjuangan di hati masyarakat dan santri, pembacaan Puisi bertajuk Ikrar Tambakberas dibacakan Mbah Wahab yang diperankan oleh KH Wafiyul Ahdi dan diikuti oleh masyarakat dan santri Tambakberas.
Drama kolosal bertajuk "Amanat Senja" pun berakhir dengan pemukulan bedug oleh Kiai Hasbullah dan Mbah Wahab.